Makalah Aktivitas Ekonomi Bagian dari Akidah



BAB I
PENDAHULUAN

1.             Latar belakang
Agama Islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah bagian dari mu’amalah. Sedangkan mu’amalah termasuk bahagian dari syari’ah, salah satu sisi dari bagian mata uang, satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan: aqidah dan akhlaq. Dalam kaitan ini Allah SWT. memberi tamsil tentang hubungan yang tak terpisahkannya ketiga ajaran pokok Islam itu . Ekonomi Islam (yang selanjutnya disebut dengan ekonomi syari’ah) dibangun, ditegakkan, dan dilaksanakan berdasarkan semangat menjunjung tinggi nilai-nilai: aqidah, tauhid, keadilan, kebebasan, dan. kemashlahatan. Nilai-nilai  itu disarikan dari firman Allah yang antara lain termaktub di dalam QS. (Al-Baqarah : 155,177),(Al-Zariyat : 56),(Ali-Imran : 92),(Hud :6),(Al-An’am : 151),(Al-Isra : 31). 


Dalam kaitan ini Al Qur’an telah menyerukan agar setiap muslim melakukan segala aktivitas kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu pada aqidah. Dalam hal ini berarti bahwa pencipta, pemilik dan penguasa segala yang ada hanyalah Allah Yang Maha Tunggal. Karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam melakukan kegiatan ekonomi selalu bertumpu pada keimanan kepada Allah SWT dan bertujuan mencari ridha-Nya. Kegiatan ekonomi yang berlandaskan aqidah tauhid menjamin terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan perekonomian untuk masyarakat luas –bukan hanya masyarakat muslim. Hal ini, karena ekonomi dalam pandangan Islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu pelaksanaan ibadah dengan sebaik-baiknya.
A.    Rumusan Masalah
1)      Bagaimana Pengertian aktivitas ekonomi
2)      Apa saja Ayat-Ayat Yang berkaitan dengan Aktifitas Ekonomi Bagaimana asbabunnuzul  
BAB II
PEMBAHASAN



1.    Al-Baqarah 155,177


         I.     Al-Baqarah 155

وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِّنَ الْأَمَوَالِ وَ الْأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

Artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(QS. 2:155)

1)                  Kandungan ayat

Allah akan menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan,kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Degan ujian ini kaum muslimin akan menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

2)                  Munasabah ayat

Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum muslimin yang harus diingat dan disyukuri , maka dalam ayat ini diperingatkan bahwa perjuangan kaum muslimin dalam menegakkan kebenaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan

3)                  Kesimpulan
a)        Kaum muslimin didalam perjuangan menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi berbagai macam cobaan, ujian, kesukaran, dan tantangan serta pengorbanan harta dan jiwa.
b)        Perjuangan itu hanyalah dapat dimenangkan dan segala kesukaran hanya dapat diatasi dengan kesabaran, ketabahan dan salat.
c)        Orang yang gugur didalam memperjuangkan kebenaran dan mempertahankan agama (fi sabilillah) sebenarnya tidaklah mati, bahkan mereka itu hidup di alam yang tidak kita ketahui hakikatnya serta mendapat tempat yang amat mulia disisi Allah dan cita-cita mereka pun akan tetap hidup mengorbankan dan meningkatkan perjuangan agama yang benar.
d)       Apabila seorang ditimpa suatu musibah maka hendaklah ia mengucapkan “Inna lillahi wa inna raji’un”.


      II.     Al-Baqarah 177



Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S 2:177).






1)      Tafsir Mufradat

الْبِرَّ
 Al-Birr berbuat berbuat kebaikan sebesar-besarnya, berasal dai kata al-barr yaitu “daratan yang luas”. Biasanya dinisabkan kepada Allah yang berarti pahala, jika dinisabkan kepada hamba berarti ketaatan , Keta al-birr biasanya dikaitakan dengan perbuatan seperti pada surah Al-Baqarah 2:189. Kata al-birr mencangkup bukan hanya perbuatan tetapi juga I’tiqad, kewajiban dan nawafil. Ketika Rasulullah ditanya tentang al-birr, maka beliau membacakan ayat ini. Di dalam Al-Quran kata al-birr tidak ada yang digandeng dengan al-walidain yang ada dengan biwalidaih dan biwalidato (Maryam 19:14 dan 2).

Dalam ayat ini al-birr disebutkan untuk membantahkan perkataan orang-orang Ahli Kitab  yang menganggap orang islam mendapat al-birr (kebaikan) selama mereka salat menghadap kiblat ke Baitul Makdis. Ketika kiblat mereka beralih ke ka’bah Baitullah al-Haram di Mekah, mereka mengejek orang mukmin dengan mengatakan bahwa muslim telah kehilangan al-birr, menafikan al-birr, dan menganggap arah kiblat hanyalah sarana jangan sampai orang menyibukkan diri dan memfokuskan perhatian hanya pada hal tersebut. Oleh sebab itu Allah menggugurkan kewajiban menghadap kiblat bagi orang yang lupa dan solat sunat ketika berada di atas kendaraan, Allah ingin mengingatkan factor yang lebih penting dari al-birr yaitu iman dan taqwa yang menjadi tujuan syariat.

2)      Kandungan ayat

Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebaktian itu bukanlah sekedar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebaktian yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan.
Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana ini. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Alquran dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain. 

3)      Asbabun Nuzul

Menurut riwayat ar-Rabi’ dan Qatadah,sebab turunnya ayat ini adalah bahwa orang Yahudi beribadah menghadap ke arah barat, sedang Nasrani menghadap ke timur. Masing-masing golongan mengatakan golonganya yang benar, oleh karena itu golongannya yang berbakti dan berbuat kebajikan, maka turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan prasangka mereka.

Memang ada pula riwayat lain mengenai sebab turunnya ayat ini yang tidak sama degan yang disebutkan diatas, tetapi bila kita perhatikan urutan ayat-ayat sebelumnya , yaitu ayat 174,175,dan 176, maka yang paling sesuai ialah bahwa ayat ini diturunkan mula-mula terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), karena pembicaraan masih berkisar disekitar mencerca dan membantah perbutan dan tingkah laku mereka yang tidak baik dan tidak wajar.

4)      Munasabah

Semenjak Allah memerintahkan berpinda kiblat dalam salat dari Baitulmakdis di Palestina ke Ka’bah di Mekah al-Mukarramah, terjadilah pertengkaran dan perdebatan terus menerus antara ahli kitab dan umat Islam. Pertengkaran itu semakin sengit dan memuncak, sampai Ahli Kitab mengatakan, bahwa orang solat yang tidak menghadap ke Baitulmakdis tidak sah solatnya dan tidak akan diterima Allah, dan orang itu mengatakan pula, bahwa solat yang akan diterima Allah ialah dengan menghadap ke Masjidilharam, kiblat Nabi Ibrahim a.s., sebagai bapak dari seluruh Nabi.

Ayat ini menegaskan bahwa yang pokok bukanlah menghadapkan muka ke kiblat, dan menghadapkan muka itu bukanlah suatu kebajikan yang dimaksud dalam agam. Sebab kiblat itu hanya merupakan suatu tanda dan merupakan syiar untuk kesatuan umat guna mencapai maksudy yang satu yaitu mengabdikana diri kepada Allah. Dengan demikian, dapatlah umat membiasakan diri menjada persatuan dalam segala urusan dan perjuangan.

5)      Kesimpulan
a)         Kebajikan bukanalah mengahadap timur atau barat, kebajikan adalah iman yang benar kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab Allah dan para nabi.
b)        Kebijakan seorang dibuktikan dengan kesediaanya memberiakan sebagian hartanya kepada orang-orang yang memerlukan, terutama kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang sedang dalam perjalanan, orang yan meminta-minta dan memersekakan hamba sahaya, serta taat menjalankan ibadah.
c)         Kebijakan seseorang juga ditandai dengan tepat memenuhi janji, serta senantiasa bersikap sabar dalam segala keadan




2.      Al-Zariyat ayat 56
وَما خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

1)      Tafsir Mufradat

إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 
melainkan supaya mereka mengenal-ku dan beribadahkepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

2)      Munasabah

Dalam ayat yang lalu Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang mempersekutukan tuhan, mereka saling berselisih, terpecah –pecah, serta tidak sependapat antara yang satu dengan yang lainnya, ketika mereka berkata bahwa pencipta langit dan bumi adalah Allah swt, akan tetapi nyatanya mereka menyembah patung dan berhala. Sebagian lagi dari mereka berkata  bahwa Muhammad saw  itu seorang  tukang sihir. Pada ayat berikut ini Allah swt  mengungkapkan bahwa perbuatan orang kafir  Mekah itu bukanlah sesuatu yang baru. Umat –umat sebelum mereka juga telah mendustakan nabi-nabi yang di utus kepada mereka. Maka sepantasnyalah mereka itu mendapat azab tuhan seperti kaum Nuh, kaum Syuaib dan kaum Saleh.

3)      Kandungan ayat

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan agar menyembah-Nya. Senada dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah akan menjadiakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin maupun manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima rezki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapatmemberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah.

4)      Kesimpulan
1.    Pembangkangan kaum kafir Mekah terhadab Rasulullah saw, adalah suatu hal yang biasa sebab para Rasul sebelumnya pun telah didustakan oleh umatnya.
2.    Memberikan peringatan kepada manusia berupa nasihat dan pelajaran sangat berguna dan bermanfaat terutama bagi orang –orang yang beriman .
3.    Jin dan manusia di jadikan Allah swt semata-mata untuk beribadah kepada Nya.
4.    Allah swt tidak memerlukan bantuan manusia karena Dia Mahaperkasa.
5.    Orang yang kafir akan menerima azab Allah swt sebagai mana telah di janjikan Nya.

3.      Ali-Imran ayat 92


Artinya :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

1)      Tafsir mufradat
Al-birr (lihat al-Baqarah 2:177)

2)      Kandungan Ayat
Seseorang tidak akan mencapai tingakat kebajiakn di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan harta yang dicintainya di jalan Allah. Yang dimaksud  dengan harta yang dicintai adalah harta yang kita cintai.
Setelah ayat ini diturunkan, para sahabat Nabi berlomba-lomba berbuat kebaikan. Diantaranya, Abu Talhah al-Ansari, seorang hartawan di kalangna Ansar datang kepada Nabi saw memberikan sebidang kebun kurma yang sangat dicintainya untuk dinafkahkan di jalan Allah.
Pemberian itu diterima oleh Nabi dengan baik dan memuji keikhlasannya. Rasulullah menasihatkan agar hata itu dinafkahkan kepada kerabat karibnya, maka Talhah membgi-bgikannya kepada karib kerabatnya. Dengan demikian ia mendapat pahala sedekah dan pahala mempererat hubungan silaturrahmi dengan keluargannya. Setelah itu datang pula Umar bin al-Khattab menyerahkan sebidang kebunnya yang ada di Khaibar. Nabi saw menyuruh pula agar kebun itu tetap dipelihara, hanya dari hasil kebun itu merupakan wakaf dari Umar.

3)      Kesimpulan
·               Orang yang benar-benar beriman, tidak akan bersifat bakhil dan selalu bersedia dengan ikhlas menginfakkan harta yang dicintainnya di jalan Allah.
·               Seseorang belum dapat disebut sebelum orang dermawan dan saleh selama ia belum mau menginfakkan sebagian dari harta yang ia sukai.




4.      Hud ayat 6

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ


Artinya:
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

1)      Tafsir Mufradat

دَابَّةٍ


Terambil dari kata dabba yaitu bergerak dengan lincah di atas tanah, yang diterjemahkan menjadi “melata”. Yang dimaksud dengan dabbah khususnya adalah  hewan dan serangga, tetapi kemudian biasanya digunkan untuk semua yang hidup diatas tanah, termasuk burung, karena burung pun tidak akan selamanya di udara, tetapi pasti hinggap pada suatu saat di atas tanah atau di atas sesuatu yang berpijak di atas tanah. Dan juga bisa digunakan untuk manusia.

2)      Munasabah ayat

Ayat-ayat sebelumnya menerangkan kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu, dan Allah mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati, maka pada ayat ini Allah mengemukakan apa yang seharusnya menjadi perhatian manusia sehubung dengan kekuasaan dan ilmu-Nya serta apa yang ada hubunganya dengan hidup dan kehiduapan manusia yang beraneka ragam. Kemudian Allah menerangkan bahwa Dialah yang menciptakan alam semesta. Semuanya itu diciptakan untuk menguji manusia, agar diketahui siapa diantara mereka yang lebih baik amalnya, dan siapa yang paling banyak mengambil manfaat dari alam semesta itu untuk kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat.


3)      Kandungan ayat

Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah. Binatang-bintang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semua diatur oleh Allah dengan hikamat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian. Jika tidak diatur demikian maka pada suatu saat ada binatang yang berkembang biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelansungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada mati terlalu banyak, sehingga menganggu keseimbangan lingkungan. Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lain, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yanag harmonis selalu dapat dipertahankan.

Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiaanya, bahkan ketika madih berada dalam perut induknya, Pada kedua tempat itu, Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauh Mahfuz, yang berisi semua perencanaan dan pelaksaanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.

4)      Kesimpulan
a)        Semua makhluk yang berada di bumi dijamin rezekinya oleh Allah swt. Pemberian rezeki ditentukan sejak berada dalam rahim ibu, namun demikian manusia tetap harus berikhtiar mencari rezekinya.
b)        Semua manusia diperintahkan untuk memanfaatkan alam semesta yang berada di sekitarnya, untuk kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
c)        Penciptaan langit, bumi dan seluruh isinya menjadi ujian bagi para hamba-Nya, apakah mereka memanfaatkan sesuai dengan bimbingan Allah, ataukah mereka gunakan sebagai pemuas nafsu belaka.




5.      Al-An’am ayat 151

Artinya:
Katakanlah(Muhammad), "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

1)      Tafsir Mufradat
إِمْلَاقٍ = imlaq

Seseorang yang menginfaqkan harta yang ada padanya disebut Amlaqa. Lalu kata ini digunakan untuk kefakiran karena dia terlepas dari harta bendanya (Ibnu Faris, Mu’jam Alfaz al-Qur’an).

2)      Kandungan Ayat

Didalam permulaan ayat ini, Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hokum menurut kehendak hawa nafsunya bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat beberapa ketentuan tentang hal-hal yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan-ketentuan hokum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itu lah  yang harus ditaati, karena dia sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hokum dengan perantara wahyu yang disampaikan oleh malaikat kepada Rasul-Nya, yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hokum kepada umat manusia.

Para ulama menamakan sepuluh ajaran pokok itu al-Wasaya Al-Asyr (sepuluh perintah), yang mana dalam ayat 151 ini disebukan 5 yaitu :
·           Jangan mempersekutukan Allah,
·           Berbuat baik kepad kedua orangtua (ibu dan bapak),
·           Jangan membunuh anak karena kemiskinan,
·           Jangan mendekatai (berbuat) kejahatan secara terang-terangan maupun secarra tersembunyi,
·           Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Allah.
Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad. Seperti mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu atau dengan perbuatan seperti menyembah berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya.
Setelah Allah memerintahakan manusia agar bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik terhadap kedua orang tua. Urutan ini jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orang tua, meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap harus berbuat baik terhadap mereka di dnuia ini dan harus menolak dengan sopan suruhan atau ajakan orang tua untuk mempersukutan Tuhan.


3)      Munasabah Ayat

Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan beberapa jenis hewan yang diharamkan,dan bantahan terhadap kaum musyrikin yang mengaharamkan sesuatu yang tidak diharamkan Allah bagi mereka serta penolakan alasan mereka yang dibuat-buat untuk membenarkan kemusyrikan mereka. Pada ayat-ayat berikut ini, diterangkan beberapa pokok larangan yang bersangkutan degan perkataan dan perbuatan, sifat yang utama dan beberapa macam kebajikan. Pokok-pokok ajaran itu terkenal dengan Al-wasaya Al-Asyr   (Sepuluh Perintah Tuhan).


6.      Al-Isra’ ayat 31

Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.

1)      Kandungan ayat

 Kemudian Allah swt melarang kaum Muslimin membunuh anak-anak mereka, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa suku dari bangsa Arab Jahiliah. Mereka menguburkan anak-anak perempuan karena dianggap tidak mampu mencari rezeki, dan hanya menjadi beban hidup saja. Berbeda dengan anak laki-laki yang dianggap mempunyai kemampuan untuk mencari harta, berperang, dan menjaga kehormatan. Anak perempuan dipandang hanya akan memberi malu karena bisa menyebabkan kemiskinan dan menurunkan martabat keluarga karena kawin dengan yang tidak sederajat dengan mereka. Apalagi dalam peperangan, anak perempuan tentu akan menjadi tawanan, sehingga tidak mustahil akan mengalami nasib yang hina lantaran menjadi budak.

Oleh karena itu, Allah swt melarang kaum muslimin meniru kebiasaan jahiliah tersebut, dengan memberikan alasan bahwa rezeki itu berada dalam kekuasaan-Nya.  Dia yang member rezeki kepada mereka. Apabila dia kuasa memberikan rezeki kepada anak laki-laki, maka dia kuasa pula untuk memberikannnya kepada anak perempuan. Allah menyatakan bahwa takut kepada kemiskinan itu bukan alasan untuk membunuh anak-anak perempuan mereka.
Di akhir ayat ini, Allah swt menegasakan bahwa, membunuh anak-anak itu adalah doasa besar, karena hal itu menghalangi tujuan hidup manusia. Tidak membiarkan anak itu hidup berarti memutus keturunan, yang berarti pula menumpas kehidupan manusia itu sendiri dari muka bumi.

2)      Kesimpulan
·               Allah melarang membunuh anak perempuan, seperti kebiasaan kaum musyrik Quraisy, dengan alasan takut menjadi miskin dan terhina.
·               Allah menjamin rezeki setiap makhluk yang ada di dunia ini. Dia pula yang berkuasa untuk melapangkan atau membatasinya.


1 comments:

Silahkan berikan komentar atas tulisan yang sudah anda baca.
Semoga memberikan manfaat dan mendapat ilmu dari tulisan yang telah anda baca. Dan semoga memberikan inspirasi tenhadap semua. Aamiin
Terimakasih telah mengunjungi blog saya
Salam sahabat dari saya :)

dwi lestari